Pendidikan
karakter seringkali kita dengar. Terutama di sekolah dan kurikulumnya. Begitu pentingnya
pendidikan karakter. Karena dengan karakter ini kita tahu dan mengerti bahwa
sebagai orang Indonesia itu memiliki karakter yang baik. Cinta damai, ramah, dan
gotong royong. Kita sebagai warga Negara Indonesia harus memiliki karakter
keIndonesiaan.
Sebagai warga
Negara Indonesia kita tidak hanya harus pandai dengan ilmu yang kita punya
tetapi harus bisa bermanfaat dan mengimplementasikan untuk kepentingan
masyarakat luas. Sehingga, saling tolong menolong yang merupakan karakter
masyarakat kita tetap terjaga.
Dalam kehidupan
yang serba modern dan ke Teknologi Informasi-an ini, rasa saling tolong
menolong antar sesama memang tidak sepenuhnya berjalan. Terkadang, orang hanya
mau menolong karena masih saudara sesama kerabat. Karena sama keyakinan. Karena
sama satu organisasi atau kantor. Bisa juga karena sesama alumni sebuah
institusi pendidikan. Dan lain-lain. Kondisi ini makin diperparah dengan
masifnya berita bohong atau hoax, ujaran kebencian, dan hal provokatif lainnya
di dunia maya.
Seolah tidak
ada lagi filter atau saringan terutama bagi penerima informasi yang belum tentu
benar itu dari kita pengguna sosial media dan sejenisnya. Hanya karena berbeda
pandangan politik saja dapat menyebabkan permusuhan. Caci maki, dan komentar negatif
dari warga net yang kita tidak tahu wujudnya. Tidak bertatap langsung. Hanya berani
lewat sosial media. Kenyataan yang menyedihkan tapi begitu adanya. Sangat disayangkan.
Hanya karena
berbeda agama, seseorang bisa melakukan persekusi. Hanya karena perbedaan ideologi
bahkan ada yang melancarkan aksi teror dengan cara apapun. Dampak dari
provokasi ini jelas sekali. Lagi-lagi kita sebagai masyarakat yang menjadi
korban. Untuk urusan politik , oknum politik bisa menyewa jasa penyebar hoax
dan kebencian untuk menjatuhkan lawan politiknya. Masyarakat kemudian menjadi
terbelah dan saling berseberangan.
Dalam konteks
demokrasi, perbedaan pilihan politik adalah hal yang biasa dan wajar. Kita tidak
lagi hanya diberi pilihan yang sedikit. Ada banyak pilihan partai politik di
luar sana yang justru membuat kita mencari tahu informasi. Yang tentunya harus
kita pilih mana yang benar valid dan mana yang mengandung hoax. Jadilah warga Negara
Indonesia yang cerdas. Yang menjadi persoalan adalah ketika perbedaan itu
kemudian dijadikan untuk melakukan tindakan intoleran, menggalang massa untuk
melakukan sesuatu. Perilaku inilah yang masih terjadi saat ini.
Media sosial
seringkali digunakan untuk menyebarkan provokasi, hoax, dan ujaran kebencian. Akibatnya
tidak sedikit generasi muda dan masyarakat menjadi korban provokasi dan
informasi sesat di dunia maya. Masih rendahnya budaya membaca dan literasi di
kalangan masyarakat, membuat informasi negatif itu mudah menyebar dan di telan
mentah-mentah. Sedihnya, informasi sesat itu dianggap benar. Padahal informasi
yang diyakini benar itu adalah informasi yang salah.
Mari kita
saling mengingatkan. Kita adalah warga Negara Indonesia yang terdiri dari suku,
agama, dan budaya yang berbeda-beda. Kita punya Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda tapi
tetap satu jua. Namun dalam keragaman itu kita tetap satu : Indonesia! Ingat kita
adalah Bangsa yang besar tapi bisa disatukan dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Mana ada Negara di dunia ini yang dapat menyatukan kerajaan dari
Sumatera sampai Papua menjadi NKRI?!. Mari kita bersyukur terlahir menjadi
orang Indonesia.
By: Ashri Riswandi Djamil, S.Kom
sebenarnya tak hanya di dalam gadget tapi di dunia nyata pun banyak terjadi dimana orang menyebarkan berita yang menimbulkan masalah. rasa toleransi harus ditanam sejak dini agar ketika dewaasa mereka tidak pilih kasih.
ReplyDeleteps: maaf ga saya kritik, udah terlalu bagus ;(
terima kasih cinta... unch unch deh
Delete