father and son pixabay.com Menulis itu hal mudah dilakukan tapi sulit untuk dilakukan terus menerus secara konsisten. Karena pada kenyataann...

Menulis Itu Petualangan Tanpa Akhir

father and son pixabay.com


Menulis itu hal mudah dilakukan tapi sulit untuk dilakukan terus menerus secara konsisten. Karena pada kenyataannya seperti itu. Silahkan buktikan sendiri. Seorang penulis profesional telah mengalami tantangan yang luar biasa dimasa awal merintis menjadi penulis. Dimulai dari menulis catatan harian hingga karya yang coba dipublikasikan di media massa dan penerbit. Penulis amatiran seperti saya masih belum apa-apa. Walaupun banyak menulis konten di platform menulis online. Masih belum apa-apa. Bisa saja saya konsisten selama seminggu. Setiap hari membuat satu artikel atau cerpen. Lalu di minggu berikutnya jeda. Banyak lah alasan yang dibuat-buat. Padahal konsisten itu bisa diatur. Misalnya menulis satu halaman sehari. Atau setidaknya satu paragraf lah. Terdengar kecil dan ringan bukan? jadi alasan malas atau tidak mood itu hanya dibuat-buat saja.  

 Menulis itu salah satu keterampilan dalam berbahasa. Setelah membaca dan yang menyertai sebelumnya. Kata Kuntowijoyo "ada tiga syarat untuk menulis yaitu: menulis, menulis, dan menulis." Sesederhana ambil pena dan kertas, lalu menulislah. Begitu. Tidak ada satupun penulis yang berbakat. Semua diraih dengan kerja keras, berdedikasi, berdarah-darah. Walaupun ini metafor. Seperti kata Hemingway : "Yang harus kamu lakukan hanyalah duduk di depan mesin tik dan berdarah." analogi berdarah artinya menulis itu butuh kerja keras dan latihan yang terus menerus. Tidak ada kata lain selain konsisten. Titik

 Menulis itu petualangan tanpa akhir. Karena penuh dengan banyak hal yang dialami penulisnya. Baik itu tulisan ilmiah seperti jurnal, ataupun karya fiksi seperti, cerpen, novel, puisi, skenario dan lain-lain. Semua berupa tulisan. Inilah hebatnya tulisan. Sebagai panduan. Apapun aktifitasnya tidak lepas dari menulis. Sebagai guru misalnya, guru harus membaca, belajar dari buku, dari internet, membuat rencana pembelajaran. Semua itu ditulis. Membuat soal, membuat artikel ilmiah, semua ditulis. Jadi guru itu tidak lepas dari menulis. Guru yang hobi menulis, belum banyak yang melakukan. Menulis status di media sosial, itu tidak dianggap "menulis" ya untuk pandangan ini silahkan diperdebatkan. 

bahkan sebuah karya sinematik yang luar biasa itu lahir dari tulisan: Naskah film atau skenario atau script. Semua ada alurnya dibuat sedemikian rupa. Menjadi panduan para aktornya. Ini kenapa yang membuat seorang Joko Anwar menjadi salah satu sutradara terbaik Negeri ini. Diawali dengan menulis naskah film. Mulai dari film pendek. Semua berawal dari hal kecil. Itu mengapa seorang penulis itu menulis buku. Karena sebenarnya mereka sedang memperpanjang umur mereka dengan tulisan dengan karya yang tetap ada sekalipun penulisnya sudah tiada. Stephen King ketika ditanya bagaimana dia menulis? dia menjawab "Satu demi satu kata." Penulis sekaliber King saja begitu humble, begitu rendah hati menjawabnya. Ya menulis bukan kegiatan yang harus diburu-buru. Selain tenggat waktu bagi penulis profesional. Selebihnya menulislah sepenuh hati.

Menulis itu berarti kita mengukir sejarah. Meninggalkan jejak hidup, jejak pikiran yang akan abadi. Seperti ungkapan di era digital yang sering kita dengar: "jejak digital akan selalu terekam." ini sebuah keuntungan jika kita melakukannya dengan benar. Ya seperti menulis di blog atau website. Maka tulisan itu akan tetap disana. Kecanggihan teknologi zaman sekarang. Kalau saja dulu semua ilmu pengetahuan sudah di digitalisasi, maka tidak akan ada laut hitam yang dipenuhi buku-buku pengetahuan di era kegelapan dahulu. Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Terlebih dalam sejarah. Penulis lah yang berperan besar dalam menuliskan sejarah. apalagi kalau bukan ditulis? begitu kuatnya kata-kata itu. Bagaimana bisa mempengaruhi banyak orang. Sudah terbukti dalam sejarah. Sebut saja Hitler dengan bukunya "Mein Kampf" mempengaruhi jutaan orang kala itu dan membuatnya berkuasa di Jerman dengan Nazi nya. 

Menulis menghasilkan kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat, tebentuk paragraf sampai menjadi buku. Tebal atau tipis bukan persoalan. Kata-kata itu tetap berpetualang di pikiran pembacanya. Setiap pembaca berarti petualangan kata-kata itu terus berlanjut dan seterusnya. Petualangan tanpa akhir. Selamat bertualang sang penulis

 

1 comment: