Tidak ada tim yang sempurna. Walaupun telah mencapai
suatu prestasi. Setinggi apapun prestasi tersebut. Contoh saja. Bahkan tim
sepakbola sehebat Brazil saja. Dua puluh satu tahun silam kalah telak di final
dari tim Perancis pada Piala Dunia 98. Semua orang tahu Brazil itu rajanya sepak
bola dunia. Artinya semua ada batasnya. Ada waktunya. Ada ketidaksempurnaan
disana. Tidak ada yang sempurna. Sekalipun dianggap sempurna. Dari sana apa
yang dapat kita pelajari? Ya setidaknya ada hal yang bisa kita ambil hikmahnya.
Selalu ada sisi baik dari segala hal yang terjadi. Yang dialami manusia.
Jangan terbawa suasana, jangan sombong, jangan merasa
sidah bisa sehingga mengecilkan, merendahkan orang lain. Benar kata orang
bijak. “ Kesempurnaan hanya milik Tuhan.” Hanya ciptaan Tuhanlah yang sempurna.
Manusia . ya manusia memang sempurna fisiknya. Saking sempurna fisiknya. Sampai
semena-mena terhadap ciptaan Tuhan lainnya. Bahkan terhadap ciptaan Tuhan
lainnya. Bahkan terhadap sesama yang sempurna. Sesama manusia saja masih suka
menghina dan melakukan sederet perilaku tidak terpuji lainnya. Justru manusia
itu sempurna karena diberi satu hal yang tidak dimiliki makhluk lain. Yaitu
akal pikiran. Ini yang membuat manusia sempurna. Bukan bagian luar atau fisik
semata.
Dengan pikiran dan akal ini bahkan kita bisa mengambil
pelajaran berharga dari ketidaksempurnaan itu sendiri. Baik dari alam,
tumbuhan, hewan, bahkan atom sekalipun. Ketidaksempurnaan dapat menjadi
pelajaran bagi yang sempurna. Pemikiran yang menarik. Membuktikan bahwa pada
setiap ketidaksempurnaan, setiap kekurangan pada apapun dalam hidup dapat
memberi manfaat bagi yang lainnya. Contoh nyatanya adalah tumbuhan, tanaman
padi saja kita bisa mengambil pelajaran hidup. Semakin berisi semakin menunduk.
Artinya orang yang semakin tinggi ilmunya semakin rendah hati. Semakin bijak.
Semakin baik akhlaknya. Luar biasa bukan. Bayangkan padi tanaman yang
menghasilkan beras yang dibutuhkan manusia. Bisa memberikan nilai kehidupan.
Pelajaran kehidupan. Wajar jika ada seniman yang menciptakan syair berisi
ekspresi malu pada semut yang walaupun kecil tapi teratur antri berjalan.
Padahal semut itu makhluk yang rentan. Manusia makhluk yang kuat namun sombong
dan merasa paling hebat. Belajarlah pada semut yang berbaris.
Terkadang berbuat baik atau bahkan berprasangka baik
kepada orang lain saja belum cukup. Jalani dan senyumi saja. Hidup penuh dengan
dinamika dan segala dimensinya. Jangan berharap orang lain menghargai kita.
Seperti kata seorang yang bijak: :”berharap kepada manusia adalah sia-sia”
Berharaplah pada sang Maha Pencipta” tidak akan ada yang sia-sia”. Ketika
segala sesuatunya tidak berjalan sesuai kehendak kita atau rencana kita, maka
disitulah pembuktian apakah kita seorang yang sabar dan ikhlas. Sulit dilakukan
dan sangat mudah berkata-kata. Itulah hidup.
Gambaran di atas adalah bagaimana perasaan lemahnya
manusia ketika rencana atau apapun itu tidak berjalan seperti yang diinginkan.
Happy ending mungkin terlihat hanya ada di film-film fiksi. Film yang
berdasarkan kisah nyata? Tidak selalu happy ending. Adanya tokoh utamanya
meninggal entah itu karena sakit atau terbunuh.
permisi mr saya mau beri kritik pada blog yg mr buat. Maaf sebelumnya, Mr kurang menggunakan tanda baca yg tepat. Disini Mr kebanyakan menggunakan tanda baca titik (.) yg tidak pada tempatnya. Sekian dari saya, terima kasih.
ReplyDeletebaik terima kasih hasya
ReplyDelete